SEBAGAI ALAT PERENCANAAN
LABA
PADA HOME INDUSTRI ARYO
COLLECTION
ABSTRAK
Analisis cost, profit and volume (biaya, laba
dan volume) adalah
suatu analisis untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan, laba
dan bauran produk untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan. Parameter yang digunakan dalam analisis CPV adalah analisis
break even point (BEP), margin of safety (MOS), degree of operating leverage (DOL) dan
shut down point (SDP). Berdasarkan hasil penelitian penulis
pada Home Industri Aryo Collection, perusahaan akan mengalami impas apabila
penjualan mencapai tingkat 1.264 unit dengan komposisi 590 unit untuk celana
jeans pria dan 674 unit untuk celana jeans wanita dengan total penjualan Rp.
66.160.190, sedangkan bila perusahaan merencanakan laba sebesar Rp.25.000.000
maka tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan sebanyak 3.456 unit dengan
komposisi 1.613 unit untuk celana jeans pria dan 1.843 unit untuk celana jeans
wanita.
Kata Kunci : Cost
Profit Volume, Home Industri Aryo Collection
PENDAHULUAN
Home industri
atau industri rumahan merupakan salah satu jenis bisnis yang banyak menjadi
pilihan banyak orang. Bisnis yang dilakukan atau dikelola di rumah ini selain
mudah didirikan juga mempunyai peluang usaha yang cukup bagus. Tidak sedikit
orang-orang yang awalnya berdiri dibidang bisnis rumahan menjadi besar dan
produknya mampu bersaing dipasar dalam maupun luar negeri.
Selain
memberikan keuntungan, peluang usaha yang cukup bagus juga dapat menjadi hambatan
bagi para produsen industri rumahan. Hal ini membuat semakin pesatnya
pertumbuhan industri rumahan yang mengakibatkan semakin tingginya tingkat
persaingan. Banyak industri rumahan yang berdiri harus siap menghadapi
kompetisi global, seperti banyaknya perusahaan maupun industri-industri kecil
yang mulai bermunculan, dan masuknya teknologi yang semakin canggih serta
tuntutan konsumen yang semakin kritis dan selektif dalam memilih produk yang
diinginkan. Selain itu di era perdagangan bebas ini banyak barang-barang dari
luar negeri dapat dengan mudah masuk kedalam pasar dalam negeri, sehingga
produk dalam negeri harus siap bersaing dengan produk luar negeri.
Banyaknya
hambatan ini yang membuat perlunya kesigapan para produsen untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya. Para produsen harus pandai dalam mengatur strategi agar
usaha yang dijalankannya tidak mengalami kebangkrutan. Perencanaan produksi
yang baik akan memberikan pengaruh yang besar bagi usaha industri rumahan ini
dalam mendapatkan laba.Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor : volume
produk yang dijual, harga jual produk dan biaya.
Biaya menentukan harga jual untuk
mencapai tingkat laba yang dikehendaki. Harga jual mempengaruhi volume
penjualan, volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume
produksi mempengaruhi biaya. Hubungan antara biaya, volume, dan laba sangat
penting dalam perencanaan jangka pendek yang diperlukan oleh produsen untuk menilai berbagai kemungkinan yang
berakibat laba yang akan
datang.
Melalui analisis
biaya laba volume (analisis Cost Profit Volume) inilah, produsen diharapkan
dapat menggambarkan tingkat perencanaan laba dalam sebuah kegiatan usahanya.
Metode CPVdapat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara biaya, volume
produksi, harga jual dan laba sehingga dapat dihasilkan informasi berbagai
tingkat volume produk pada setiap jenis produksi suatu hubungan dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan tertentu.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis cost,
profit and volume (CPV) merupakan alat analisis bagi manajemen tentang hubungan
antara biaya, laba dan volume. Dengan melakukan analisis CPV dapat diketahui
hubungan antara perubahan volume penjualan dan perubahan terhadap harga jual
dan jumlah biaya (biaya tetap dan variabel). Jadi, manajemen dapat menentukan
volume penjualan dan bauran produk yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba
yang diharapkan dengan sumber daya yang dimiliki.
Untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas. Berikut ini beberapa pendapat mengenai definisi
analisis CPV :
“Analisis cost,
profit and volume (biaya, laba dan volume) adalah suatu analisis untuk
mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan, laba dan bauran produk
untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan”. (Bastian Bustami&Nurlela,
2005 : 207)
“Analisis CPV merupakan suatu metode estimasi bagaimana perubahan
variabel-variabel berikut akan mempengaruhi laba : biaya variabel per unit,
harga jual per unit, jumlah biaya tetap per periode, volume penjualan, dan
bauran penjualan”. (Hendri simamora,2002 : 177)
Menurut Mulyadi (2001 : 272) “analisis CPV menghasilkan informasi dampak perubahan harga jual,
biaya, dan volume penjualan terhadap laba bersih”. Analisis CPV juga digunakan
dalam pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijaksanaan untuk masa yang
akan datang, untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat terhadap
laba yang akan datang. Parameter yang digunakan dalam analisisCPV adalah
sebagai berikut : Break Even Point (BEP), Margin of safety (MOS), Degree
of operating leverage (DOL), Shut down point (SDP).
Analisis
Break Even Point
Menurut Bastian
Bustami dan Nurlela(2005 : 208)
“analisis break event point (analisis titik impas) adalah suatu cara atau teknik yang digunakan untuk
mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah suatu
perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh
laba”.
Sedangkan
menurut Mulyadi (2001 : 232) “analisis
break even point adalah suatu keadaan usaha yang tidak memperoleh laba
dan tidak menderita rugi”.Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika
jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba
kontribusi hanya digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis break evenadalah suatu cara untuk
mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi,
tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol). (Mulyadi,2001 : 232)
Ketika perusahaan memproduksi lebih dari satu produk, maka penjualan dan
biaya variabel juga dapat berbeda untuk produk yang berbeda. Dalam kasus
semacam itu, rasio margin kontribusi menjadi berbeda untuk bauran produk yang
berbeda dan dengan demikian titik impas dan tingkat penjualan yang dibutuhkan
untuk mencapai target laba adalah berbeda untuk bauran produk yang berbeda.
Perhitungan dalam situasi multiproduk intinya sama dengan perhitungan dalam
kasus produk tunggal.
Analisis
Margin Of Safety
Batas keamanan
(Margin Of Safety) merupakan hasil penjualan pada tingkat titik impas
dihubungkan dengan penjualan yang dianggarkan atau penjualan pada tingkat
tertentu, maka akan di dapat informasi tentang seberapa jauh volume penjualan
boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita kerugian. Jadi batas keamanan
adalah seberapa jauh penjualan perusahaan tersebut boleh turun sehingga tidak
mengalami kerugian. Batas keamanan dinyatakan dalam persentase dari penjualan
yang disebut Rasio Batas Keamanan (Margin Of Safety-M/S).
Menurut Mulyadi (2000 : 253) “margin of safety
adalah selisih antara penjualan yang ditargetkan denganjumlah pendapatan pada
keadaan titik impas”. Angka margin of safety memberikan informasi berapa
maksimal volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar
perusahan tidak menderita kerugian.
Analisis
Degree of Operating Leverage (Ray H Garrison, 2002 : 276)
Tuasan
Operasi (Operating Leverage) adalah ukuran sensivitas laba bersih terhadap
persentasi perubahan penjualan. Jika operating leverage tinggi, persentase
kecil peningkatan penjualan dapat menghasilkan persentase yang lebih besar
peningkatan laba. Tingkat operating leverage adalah ukuran bagaimana pengaruh
perubahan volume penjualan terhadap laba. Tingkat operating leverage mencapai
titik tertinggi pada tingkat penjualan mendekati titik impas dan akan menurun
pada saat penjualan dan laba meningkat. Manajer dapat menggunakan tingkat
operating leverage untuk memperkirakan secara tepat apakah dampak perubahan
penjualan terhadap laba tanpa harus membuat laporan laba rugi secara rinci.
Analisis
Shut Down Point
Analisis Shut Down Point merupakan
titik pada tingkat penjualan berapa usaha perusahaan secara ekonomis tidak
pantas untuk dilanjutkan.Manajemen memerlukan infomasi pada pendapatan
penjualan berupausaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas untuk dilanjutkan jika
pendapatan penjualannya tidak mencukupi untuk menutupi biaya tetap tunainya.
Untuk menjawab pertanyaan ini, manajemen memerlukan informasi titik penutupan
usaha (Shut Down Point). (Mulyadi,2001 : 229)
“Biaya tetap tunai adalah
biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera
dengan uang kas, seperti sewa gedung, gaji pegawai tetap dan sebagainya”. (Mulyadi,2001 : 256)
Laba
(Mulyadi, 2000 : 263)
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan
dua cara, yang pertama laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai
hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut. Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga
penjualan dengan biaya
produksi. Perbedaan di antara
keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya. Anggaran perencanaan laba perusahaan dapat efektif apabila manajemen
dapat memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap
laba bersih, impas. Faktor yang mempengaruhi laba tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Harga jual produk, semakin tinggi harga jual produk
semakin besar pula laba yang akan diperoleh dengan asumsi biaya dan volume
penjualan tidak mengalami perubahan. (2) Biaya, semakin besar biaya yang
dikeluarkan pada suatu perusahaan, maka akan semakin kecil laba yang akan
diperoleh sebagai asumsi harga jual dan volume penjualan tidak mengalami
perubahan. (3) Volume penjualan, semakin besar volume penjualan, maka akan
semakin besar pula laba yang akan diperoleh.
Metode
Penelitian
Metode pengumpulan data harus dilakukan dengan
beberapa metode guna memperoleh informasi yang objektif. Data dikumpulkan
melalui wawancara (interview) dengan pemilik dari Home Industri Aryo
Collection. Data yang diteliti adalah volume penjualan, harga jual produk, dan
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk selama
bulan Maret 2012.
Alat Analisis Yang Digunakan
Alat
analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis deskriptif dan
analisis kuantitatif. Analisis deskriptif adalah menggambarkan kembali atau
mendeskripsikan data yang diperoleh dengan menggunaan tabel dan grafik agar
penulis dan pembaca mudah mengartikan data tersebut. Sedangkan analisis
kuantitatif adalah pengolahan data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Dalam
penulisankarya ilmiah ini, penulis menggunakan penganalisaan dengan menggunakan
metode break even point, margin of safety, degree of operating leverage dan shut down point
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, jumlah produksi celana jeans
model standart yang dihasilkan oleh home industry Aryo Collection pada bulan
Maret 2012 adalah 3000 potong
dengan komposisi produksinya adalah 1400 potong celana jeans pria dan 1600 potong celana jeans wanita. Untuk menganalisis biaya laba
volume, terlebih dahulu akan digolongkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Untuk kemudian dihitung besarnya Break Even
Point (BEP) beserta pembuktiannya, Margin of Safety (MOS), Degree of Operating
Leverage (DOL), Shut Down Point (SDP), dan besarnya laba sasaran.
Tabel 4.1
Volume
Produksi dan Harga Jual
Keterangan
|
Celana
Jeans
Pria
|
Celana
Jeans
Wanita
|
Jumlah
|
Volume
Produksi
|
1400
|
1600
|
3000
|
Harga Jual
|
Rp 55.000
|
Rp 50.000
|
|
Rp
77.000.000
|
Rp
80.000.000
|
Tabel 4.2
Rincian Biaya
Tetap, Biaya Variabel
No
|
Keterangan
|
Biaya Tetap
|
Biaya Variabel
|
1
|
Biaya Depresiasi Mesin
|
Rp 1.657.500
|
|
2
|
Biaya Sewa Gedung
|
Rp 650.000
|
|
3
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Rp 12.050.000
|
|
4
|
Biaya Bahan Baku
|
Rp 103.450.000
|
|
5
|
Biaya Bahan Penolong
|
Rp 18.575.000
|
|
6
|
Biaya Telepon
|
Rp 100.000
|
|
7
|
Biaya Listrik
|
Rp 65.000
|
Rp 650.000
|
JUMLAH
|
Rp 14.422.500
|
Rp 122.775.000
|
Analisis Biaya Laba
Volume
Perhitungan Break
Even Point
a. Perhitungan
margin kontribusi
1. Margin kontribusi celana jeans pria = Rp 55.000 – Rp 40.925
= Rp
14.075
2. Margin kontribusi celana
jeans wanita = Rp 50.000 – Rp 40.925
=
Rp 9.075
b. Perhitungan
proporsi untuk setiap produk
1.
Proporsi celana jeans pria = 1400
/ 3000 = 47%
2.
Proporsi celana jeans wanita = 1600 /
3000 = 53%
c. Perhitungan
BEP multiproduk
atau masing-masing terjual sebanyak :
1. Celana Jeans
Pria = 47% x 1264 unit = 589,963477
unit = 590 Unit
2. Celana Jeans Wanita = 53% x 1264 unit = 674,2439737unit = 674 Unit
Atau dapat dihitung dengan cara :
1. Celana Jeans
Pria = Rp 55.000 x 590 unit = Rp
32.447.991
2. Celana Jeans
Wanita = Rp 50.000 x 674 unit = Rp
33.712.199
Rp 66.160.190
d. Metode
Grafik
Gambar 4.1
Grafik BEP Home Industri Aryo Collection
Perhitungan Margin
Of Safety
Perhitungan Degree of Operating Leverage
Perhitungan Shut Down Point
Laba Bersih Sasaran
Pada produksi bulan April 2012,
perusahaan merencanakan laba sebesar Rp 25.000.000. Berikut perhitungannya :
Dengan proporsi penjualannya yaitu 47% untuk pria dan 53% untuk wanita maka :
Pria = 47% x 3.456 = 1.613 unit x Rp 55.000
= Rp 88.693.426
Wanita = 53% x 3.456 = 1.843 unit x Rp 50.000
= Rp 92.149.014
Rp
180.842.440 (dibulatkan)
Setelah
perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaaan
merencanakan laba sebesar Rp 25.000.000 maka kuantitas penjualan harus mencapai
tingkat 3.456 unit dengan komposisinya adalah 1.613unit untuk celana jeans pria
dan 1.843 unit untuk celana jeans wanita dengan total rupiah penjualan sebesar
Rp 180.842.440.
PENUTUP
Kesimpulan
Home Industri Aryo
Collection untuk bulan Maret 2012 akan berada pada titik impas saat volume penjualan sebesar 1.264 unit dengan komposisi 590 unit untuk celana jeans pria dan 674 unit untuk celana
jeans wanita. Sedangkan pendapatan penjualannya akan berada pada titik impas sebesar
Rp 66.160.190 dengan komposisi Rp 32.447.991 untuk celana jeans pria dan Rp 33.712.199
untuk celana jeans wanita. Dalam penjualan ternyata
perusahaan dapat terjadi penurunan volume penjualan, namun dalam hal ini Home Industri
Aryo Collection hanya dapat melakukan
penurunan penjualan sampai titik penjualan sebesar Rp 90.839.810 atau sebanyak 58% agar tidak mengalami
kerugian. Sedangkan perbandingan perubahan penjualan terhadap laba bersih sebanyak
2 kali. Jika perusahaan ingin memperoleh laba, volume penjualan dan pendapatan perusahaan
harus melebihi dari titik impas dan posisi penjualan harus lebih besar dari nilai
Shut Down Point yang besarnya, yaitu Rp 58.556.757 atau sebanyak 1.119 unit.
Jika perusahaan ingin memperoleh laba bersih sebesar Rp 25.000.000 pada bulan April 2012, maka perusahaan
harus menjual produknya sebanyak 3.456 unit dengan komposisinya adalah
1.613 unit untuk celana jeans
pria dan 1.843 unit untuk celana jeans wanita. Sedangkan pendapatan penjualannya sebesar Rp180.842.440 dengan komposisi Rp 88.693.426
untuk celana jeans pria dan Rp 92.149.014 untuk celana jeans wanita.
Saran
Home Industri Aryo
Collection sebaiknya pada periode yang akan dating dapat
bertahan pada tingkat penjualan yang telah ditetapkan. Selain itu
Aryo Collection sebaiknya juga menggunakan perhitungan analisis biaya laba
volume agar perusahaan lebih tepat dalam pengambilan keputusan jangka pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Riyanto. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.
BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta : 2008.
Bastian Bustami dan
Nurlela. Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut : Kajian Teori dan
Aplikasi. Graha Ilmu. Bandung : 2005.
Bastian Bustami dan Nurlela. Akuntansi Biaya Teori dan
Aplikasi. Graha Ilmu.
Bandung : 2006.
Gorrison, Ray H. Akuntansi
Manajerial. Salemba Empat. Jakarta
: 2002.
Hendri Simamora. Akuntansi Manajemen. Edisi 2.Salemba
Empat. Jakarta : 2002.
Mulyadi. Akuntansi
Biaya. Edisi 5. STIE YKPN. Yogyakarta : 2000.
Mulyadi. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Tinggi. Yogyakarta : 2001.
Mulyadi. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Tinggi. Yogyakarta : 2001.