TUGAS 4
PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
a.
Persoalan-persoalan penting yang mempengaruhi keputusan manajemen untuk
membuat pengungkapan keputusan
Manajemen membutuhkan informasi sebagai dasar
pengambilan keputusan mereka. Sistem informasi mempunyai peranan yang penting
dalam menyediakan informasi untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap
kegiatan dan keputusan manajemen yang berbeda membutuhkan informasi yang
berbeda. Oleh karena itu untuk dapat menyediakan informasi yang relevan dan
berguna bagi manajemen, maka pengembangan sistem informasi harus memahami
terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah
melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah
melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan
dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat
keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama,
menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan
yang terbaik.
TIPE KEGIATAN MANAJEMAN
Kegiatan manajemen dihubungkan dengan tingkatannya
didalam organisasi dibagi menjadi 3 bagian :
1.
Perencanaan strategik: merupakan kegiatan manajemen
tingkat atas, sebagai proses evaluasi lingkungan luar organisasi, penerapan
tujuan organisasi, dan penentuan strategi-strategi.
·
Proses evaluasi lingkungan luar organisasi :
Lingkungan luar dapat mempengaruhi jalannya organisasi, oleh karena itu
manajemen tingkat atas harus pandai mengevaluasinya, harus dapat bereaksi
terhadap kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh lingkungan luar, misal
produk baru, pasar baru.
·
Penetapan tujuan adalah apa yang ingin dicapai
oleh organisasi berdasarkan visi yang dimiliki oleh manajemen. Misalnya tujuan
perusahaan adalah dlm waktu 5 thn menjadi penjual terbesar didalam industri
dengan menguasai 60% pasar.
·
Penentuan
strategi : Manajemen tingkat atas menentukan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan oleh organisasi dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dengan
strategi semua kemampuan yang berupa sumberdaya dikerahkan supaya tujuan
organisasi dapat diraih.
2.
Pengendalian manajemen: Sistem untuk meyakinkan bahwa
organisasi telah menjalankan strategi yg sudah ditetapkan secara efektif dan
efisien. Ini merupakan tingkatan taktik (tactical Level), yaitu bagaimana
manajemen tingkat menengah menjalankan taktik supaya perencanaan strategi dapat
dilakukan dengan berhasil. Taktik yg dijalankan biasanya bersifat jangka pendek
± 1 thn. Proses pengendalian manajemen terdiri dari : pembuatan program kerja,
penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, pelaporan dan analisis.
3.
Pengendalian operasi: Sistem untuk meyakinkan bahwa
tiap-tiap tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ini
merupakan penerapan program yang telah ditetapkan di pengendalian
manajemen.Pengendalian operasi dilakukan dibawah pedoman proses pengendalian
manajemen dan difokuskan pada tugas2 tingkat bawah.
TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN
Keputusan dibagi dalam 3
tipe :
1.
Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan
yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan terstruktur terjadi
dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Co: keputusan pemesanan barang,
keputusan penagihan piutang,dll.
2.
Keputusan setengah terprogram/setengah terstruktur :
keputusan yg sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan
sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Co: keputusan membeli
sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
3.
Keputusan tidak terprogram/tidak terstruktur :
keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan
ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan
tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya
berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat
penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk bergabung
dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg jarang
terjadi.
TIPE INFORMASI
Sistem informasi
sekarang peranannya tdk hanya sebagai pengumpul data dan mengolahnya menjadi
informasi berupa laporan2 keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yg lebih
penting di dalam menyediakan informasi bagi manajemen untuk fungsi2
perencanaan, alokasi2 sumber daya, pengukuran dan pengendalian. Laporan2 dari
sistem informasi memberikan informasi kepada manajemen mengenai permasalahan2
yg terjadi didalam organisasi untuk menjadi bukti yg berguna didalam menentukan
tindakan yg diambil. Sistem informasi menyediakan 3 macam tipe informasi :
1.
Informasi pengumpulan data (Scorekeeping information) :
informasi yang berupa akumulasi atau pengumpulan data untuk menjawab
pertanyaan. Berguna bagi manajer bawah untuk mengevaluasi kinerja
personil-personilnya.
2.
Informasi Pengarahan perhatian (attention directing
information) : membantu manajemen memusatkan perhatian pada masalah-masalah yg
menyimpang, ketidakberesan. Informasi ini membantu manajemen menengah untuk
melihat penyimpangan2 yg terjadi.
3.
Informasi Pemecahan masalah (Problem Solving
information) : informasi untuk membantu para manajer atas mengambil keputusan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Problem solving biasanya dihubungkan
dgn keputusan yg tidak berulang-ulang serta situasi yg membutuhkan analisis yg
dilakukan oleh manajemen tingkat atas.
KARAKTERISTIK INFORMASI
Untuk mendukung
keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen, maka manajemen membutuhkan
informasi yg berguna. Untuk tiap2 tingkatan manajemen dengan kegiatan yg
berbeda-beda, dibutuhkan informasi yg berbeda-beda pula, karakteristik
informasi ini antara lain :
1.
Kepadatan Informasi : untuk manajemen tingkat bawah,
karakteristik informasinya adalah terperinci(detail) dan kurang padat, krn
terutama digunakan untuk pengendalian operasi. Sedang untuk manajemen yg lebih
tinggi tingkatannya, mempunyai karakteristik informasi yg semakin
tersaring(terfilter), lebih ringkas dan padat.
2.
Luas Informasi : manjemen bawah karakteristik inf.
Adalah terfokus pada suatu masalah tertentu, krn digunakan oleh manajer bawah
yg mempunyai tugas yg khusus. Untuk manajer tingkat tinggi, karakteristik inf
yg semakin luas, karena manajemen atas berhubungan dengan masalah yg luas.
3.
Frekuensi informasi : Manajemen tingkat bawah frekuensi
inf yg diterimanya adalah rutin, krn digunakan oleh manajer bawah yg mempunyai
tugas yg terstruktur dgn pola yg berulang2 dari waktu ke waktu. Manajem tingkat
tinggi, frekuensi informasinya adalah tidak rutin atau adhoc (mendadak), krn
manajemen atas berhubungan dengan pengambilan keputusan tdk terstruktur yg pola
dan waktunya tdk jelas.
4.
Waktu Informasi : Manajemen tingkat bawah, inf yg
dibutuhkan adalah if historis, krn digunakan oleh manajer bawah di dalam
pengendalian operasi yg memeriksa tugas2 rutin yg sudah terjadi. Untuk
manajemen tingkat tinggi, waktu inf lebih ke masa depan berupa inf prediksi krn
digunakan untuk pengambilan keputusan strategik yg menyangkut nilai masa depan.
5.
Akses Informasi : Level bawah membutuhkan inf yg
periodenya berulang2, sehingga dapat disediakan oleh bagian sistem inf yg
memberikan dalam bentuk laporan periodik. Dengan demikian akses inf tdk dapat
secara on line, tetapi dapat secara off line. Sebaliknya untuk level lebib
tinggi, periode inf yg dibutuhkan tdk jelas, sehingga manajer2 tingkat atas
perlu disediakan akses on line untuk mengambil inf kapan pun mereka
membutuhkan.
6.
Sumber Informasi : Karena manajemen tingkat bawah lebih
berfokus pd pengendalian internal perusahaan, maka manajer2 tingkat bawah lebih
membutuhkan inf dgn data yg bersumber dari internal perusahaan sendiri, tetapi
manajer tingkat atas lebih berorientasi pada masalah perencanaan strategik yg
berhubungan dengan lingkungan luar perusahaan, shg membutuhkan inf dgn data yg
bersumber pd eksternal perusahaan.
PERAN MANAJEMEN, menurut Henry
Mintzberg:
1.
Peran Interpersonal : peran hubungan personal dapat
terdiri dari :
·
Figur kepala (figur head) : manajer mewakili
organisasi untuk kegiatan2 diluar organisasi.
·
Pemimpin (leader) : manajer mengkoordinasi,
mengendalikan, memotivasi, dan mendukung bawahan-bawahannya.
·
Penghubung (liaison) : manajer menghubungkan
personal2 di semua tingkatan manajemen.
2.
Peran Informational : peran dari manajer sebagai pusat
syaraf (nerve center) organisasi untuk menerima informasi yg paling mutakhir
dan sebagai penyebar ( disseminator) informasi keseluruh personal di
organisasi. Peran informasi lainnya adalah manajer sebagai juru bicara
(spokesman) untuk menjawab pertanyaan2 tentang informasi yg dimilikinya.
3.
Peran decisional : yang dilakukan oleh manajer adalah
sebagai entreprenuer, sebagai orang yg menangani gangguan, sebagai orang yg
mengalokasikan sumber2 dayaorganisasi, dan sebagai negosiator jika terjadi
konflik di dalam organisasi.
TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Simon (1960) memperkenalkan empat aktivitas dalam proses pengambilan
keputusan :
1.
Intelligence : Pengumpulan informasi untuk
mengidentifikasikan permasalahan.
2.
Design : Tahap perancangan solusi dalam bentuk
alternatif2 pemecahan masalah.
3.
Choice : Tahap memilih dari solusi dari alternatif2 yg
disediakan.
4.
Implementation : Tahap melaksanakan keputusan dan
melaporkan hasilnya.
b. Tujuan pengungkapan akuntansi dalam pasar
ekuitas
Dalam ekonomi yang
kompetitif, pengungkapan koorperasi merupakan sarana untuk menyalurkan akuntabilitas
koorperasi kepada para penyedia modal (investor) dan untuk mepermudah alokasi
sumberdaya untuk pemanfaatan yang paling produktif. Suatu koorperasi perlu
menarik modal dalam jumlah yang sangat besar untuk pembiayaan aktivitas
produksi dan distribusi yang ekstensif. Oleh karena itu pembiyaan internal ini
sangat bergantung pada modal eksternal yang diinvestasikan oleh para investor
pada sebuah koorperasi, Sebagai timbal balik, seorang investor memerlukan
pengungkapan (tansparansi koorperasi) dimana para investor tersebut dapat
menilai kualitas saham yang mereka tanamkan.
Kaitan konseptual
antara pengungkapan yang meingkat dan biaya modal perusahaan dari teori
perilaku investasi dalam kondisi ketidakpastian, yaitu:
1.
Dalam dunia ketidakpastian, para investor memandang
pengembalian dari investasi sekuritas sebagai uang yang diterima sebagai
konsekwensi kepemilikan.
2.
Karena adanya ketidakpastian pengembalian ini dipandang
dalam pengertian probabilistik.
3.
Para investor menggunakan sejumlah ukuran berbeda untuk
mengukur hasil yang diharapkan dari suatu sekuritas.
4.
Para investor menyukai tingkat pengembalian yang tinggi
untuk tingkat resiko tertentu atau sebaliknya.
5.
Nilai sebuah sekuritas berhubungan positif dengan
aliran hasil yang diharapkan dan berhubungan terbalik dengan resiko yang
berkaitan dengan pengembalian tersebut.
6.
Jadi, Pengungkapan perusahaan akan meningkatkan
distribusi probabilitas dari hasil yang diharapkan oleh investor dengan
mengurangi ketidakpastian yang berhubungan dengan pengembalian tersebut.
Sehingga akan meningkatkan performance (kinerja perusahaan) di mata para
investor sehingga memikat para investor untuk menginvestasikan yang lebih besar
pada sekuritas yang sama sehingga dapat mengurangi biaya modal.
c.
Perbedaan mendasar praktek pengungkapan keuangan perusahaan dalam berbagai
aspek
Catatan atas laporan keuangan ditujukan untuk
memperkuat atau memperjelas pos-pos yang disajikan dalam bagian utama laporan
keuangan (laba rugi, perubahan modal, neraca, dan arus kas). Dalam kebanyakan
kasus, semua data yang diperlukan pembaca, tidak dapat disajikan dalam laporan
keuangan itu sendiri, oleh karenanya laporan tersebut mencakup informasi yang
esensial harus disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas
laporan keuangan bisa berbentuk narasi, sebagian atau seluruhnya. Catatan atas
laporan keuangan tidak hanya membantu bagi pengguna laporan yang tidak begitu
mengerti informasi akuntansi yang kuantitatif tetapi juga penting untuk
memahami kinerja dan posisi keuangan perusahaan.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan
hal yang perlu diperhatikan oleh penilaian (judgment) manajer. Tingkat
pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh (full disclosure) akan
mengurangi asimetri informasi yang merupakan kondisi yang dibutuhkan (necessary
condition) untuk dilakukannya manajemen laba (Trueman and Titman, 1998).
Karenanya tingkat pengungkapan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba.
Perusahaan dengan tingkat pengungkapan minimal cenderung melakukan manajemen
laba dan sebaliknya (Lobo and Zhou, 2001) dalam Yanivi (2003).
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan
naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti
kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup
informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan
untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
1.
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan ditetapkan terhadap peristiwa dan
transaksi penting.
2.
Informasi yang disajikan dalam PSAK tetapi tidak
disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas.
3.
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
TINGKAT PENGUNGKAPAN
Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan,
praktik yang umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk
mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini yang sering disebut
dengan pengungkapan penuh (full disclosure), mengakui bahwa sifat dan jumlah
informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade
off penilaian. Trade off ini terjadi antara (1) kebutuhan untuk mengungkapkan
secara cukup terinci hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai, dengan
(2) kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami.
Disamping itu, penyusunan laporan keuangan juga harus memperhitungkan biaya
pembuatan dan penggunaan laporan keuangan (Kieso dan Weygandt, 2002).
Dalam keadaan informasi asimetri yang tinggi, maka
pemakai laporan keuangan tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui
apakah laporan keuangan, khususnya laba telah dimanipulasi. Teori market
microstructure mengatakan bahwa salah satu masalah adverse selection yang
dihadapi pengambil keputusan adalah adanya kemungkinan informasi firm-specific
yang material tidak diungkapkan ke publik (Yanivi, 2003). Regulator pasar modal
dapat mengurangi asimetri informasi ini dengan membuat ketentuan minimal atas
pengungkapan yang perlu dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa
saham. Salah satu regulasi tersebut adalah keputusan ketua Badan Pengawas Pasar
Modal nomor Kep-06/PM/2000 tentang pedoman penyajian laporan keuangan.
Greenstein dan Sami (1994) dalam Yanivi (2003) meneliti dan menemukan bahwa
kewajiban dari Securitas Exchange Commite (SEC) mengenai disclosure segmentasi
perusahaan publik di pasar saham Amerika Serikat telah menurunkan informasi
asimetri yang ditunjukkan dengan mengecilnya bid-ask spreadsaham perusahaan.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan
membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan
dalam laporan keuangan. Terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu pengungkapan
penuh, pengungkapan wajar, dan pengungkapan cukup. Pengungkapan penuh mengacu
pada seluruh informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan
maupun informasi non keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan
keuangan tetapi juga mencakup informasi yang diberikan padamanagement letter,
company prospect dan sebagainya. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang
diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar
adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh
pada kewajaran laporan keuangan seperti contingencies, commitments dan
sebagainya.
Imhoff dan Thomas (1994) dalam Yanivi (2003)
membuktikan bahwa kualitas rating dari analisis berhubungan positif dengan
konservatisme dalam estimasi dan pemilihan metode akuntansi, dan dengan jumlah
pengungkapan rinci atas angka-angka yang dilaporkan. Implikasi dari penemuan
ini adalah perusahaan yang lebih konservatif dalam membuat estimasi dan memilih
metode akuntansi (atau perusahaan dengan tingkat manajemen laba/perataan laba
yang rendah) akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak. Jika perusahaan
yang memilih pelaporan konservatif melakukan manajemen laba/perataan laba yang
rendah. Maka hal ini memperlihatkan hubungan negatif antara perataan laba
dengan tingkat pengungkapan.
KUALITAS PENGUNGKAPAN
Kualitas Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan
dikenal dengan berbagai konsep. Antara lain kecukupan (adequacy) (Buzby, 1975),
kelengkapan (comprehensiveness) (Barret, 1976), Informatif (informativeness)
(Alford et al., 1993), dan tepat waktu (time lines) (Courtis, 1976; Whittred,
1980). Imhoff (1992) menunjuk pada tingkat kelengkapan sebagai karakteristik
kualitas pengungkapan, sementara Singhvi dan Desai (1971) menunjuk pada
kelengkapan (completeness), akurasi (Accuracy), dan keandalan (reliability)
sebagai karakteristik kualitas pengungkapan. Indikator empiris kualitas
ungkapan tersebut berupa indeks pengungkapan (disclosure index) yang merupakan
rasio (ratio) antara jumlah elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah
elemen yang mungkin dipenuhi.
TUGAS 5
TRANSLASI MATA UANG ASING
a.
Perbedaan translasi dan konversi antar mata uang asing
Translasi mata uang asing adalah Proses penyajian ulang
informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Sedangkan konversi
antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain
secara fisik. Perbedaannya adalah translasi hanyalah perubahan satuan unit
moneter, misalnya pada sebuah necara yang dinyatakan dalam pound Inggris
disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik
yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan konversi,
memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi terkait
yang terjadi.
b.
Istilah-istilah dalam translasi mata uang asing
1.
Konversi, merupakan pertukaran suatu
mata uang ke dalam mata uang lain.
2.
Kurs kini, merupakan nilai tukar yang
berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
3.
Posisi aktiva bersih yang beresiko,
merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang
asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang
diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan
menggunakan kurs kini.
4.
Kontrak pertukaran forward,
merupakan suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang
berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu
di masa depan.
5.
Mata uang fungsional, merupakan mata
uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan
usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara dimana perusahaan
itu berlokasi.
6.
Kurs histories, merupakan kurs nilai
mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata
uang asing dibeli atau terjadi.
7.
Mata uang pelaporan, merupakan mata
uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
8.
Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk
pertukaran mata uang dalam waktu segera.
9.
Penyesuaian translasi, merupakan
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang
fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS)
no.52, 1981.
- Atribut, karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang merupakan atribut suatu aktiva.
- Konversi, pertukatan suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
- Kurs kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
- Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
- Posisi aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
- Mata uang asing, suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
- Laporan keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
- Transaksi mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
- Translasi mata uang asing, proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
- Operasi luar negri, suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
- Kontak pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
- Mata uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan kasnya.
- Kurs histories, kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
- Mata uang local, mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
- Pos-pos moneter, kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
- Mata uang pelaporan, mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu piutang tertagih.
- Kurs spot, nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
- Tanggal transaksi, tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan pelapor.
- Penyesuaian translasi, penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
- Unit pengukuran, mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
c.
Perbedaan keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
1.
Penangguhan
Perubahan
nilai ekuivalen mata uang domestic dari aktiva bersih anak perusahaan luar
negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang
local yang dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi harus
diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
2.
Penangguhan dan Amortisasi
Penangguhan
keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini
selama masa manfaat pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang
akan ditangguha=kandan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu
dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau
ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian
terhadap beban bunga.
3.
Penangguhan parsial
Keuntungan dan
kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah
terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini
semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya
perubahan kurs.
4.
Tidak ditangguhkan
Mengakui keuntungan
dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun,
memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan
memperkenalkan elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi
laba yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar. Keuntungan
dan kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas
investasi dalam mata uang domestic dan harus diakui.
d.
Pengaruh
metode translasi mata uang asing terhadap laporan keuangan
Ketiga nilai tukar berikut ini digunakan ketika
melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestic.
Pertama, kurs ini adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan keuangan.
Kedua, kurs histories adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam mata
uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam mata uang
asing pertama kali terjadi. Terakhir, kurs rata-rata yaitu rata-rata sederhana
atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar histories.
Pengaruh penggunaan kurs nilai tukar histories dibandingkan dengan kurs nilai
tukar kini terhadap laporan keuangan ketika digunakan sebagai koofisien
translasi mata uang asing. Kurs nilai tukar histories umumnya mempertahankan
biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan
berdenominasi mata uang domestic.
1.
Single Rate Method
Berdasarkan
pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap
oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan
mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan
afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan
“rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi
bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan
metode kurs berlaku.
Karena semua
laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta,
metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya.
rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual
yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan
hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun
menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh
sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi,
yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk,
hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan
perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu.
mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam
metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan
perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana
perusahaan-perusahaan anak berada. Metode kurs berlaku juga dipersalahkan
karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko
nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang
ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan
indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang
benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya
didukung oleh inflasi lokal.
2.
Multiple Rate Methods
Metode-metode
kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses
translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis.
Item-item
laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan
dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata
tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan
amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat
aset yang bersangkutan diperoleh.
Metodologi
ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang
memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan
kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi
seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode
Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses
konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode
ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur;
metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing,
misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian
aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki
pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan
akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain
diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi
(harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan
harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti
persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang
berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut
Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang
digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan
jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran
uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa
uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan
kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs
yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.
e.
Evaluasi dan metode translasi mata uang asing terbaik sesuai kondisi usaha
dan pasar uang
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang,
yaitu :
1.
Metode Current/Non current
Metode ini
merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan
metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan
dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada
saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar
(noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu
kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena
itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai
positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss)
akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja
ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
2.
Metode Monetary/non monetary
Asset moneter
(terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan
kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi
pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap,
dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories. Pos-pos dalam laporan
laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk
pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter.
Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos
dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang
berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu
diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan
hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena
menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya
penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3.
Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang
merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu.
Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah
unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter.
Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu
dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan
umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan
kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai
pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya
(histories ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi
dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan
utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi
dengan kurs histories (harga di masa lalu).
4.
Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua
pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini
direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara
luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila
asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu
devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah
mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang
dinyatakan dengan kurs saat ini.
f.
Hubungan antara translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs
kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di
lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata
uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat
yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu
dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba
akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian
inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten
dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan
keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS
sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan
dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen
dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak
dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
TUGAS 6
PELAPORAN KEUANGAN DAN
PERUBAHAN HARGA
a.
Laporan keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan selama periode perubahan
harga
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat
sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih
tinggi). Ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang
didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang menjadi dasar
pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh
inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya
akan menyebabkan :
- Kenaikan dalam proporsi pajak
- Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
- Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
- Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan
terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi
pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja
operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya
dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya
beli periode kini), yang kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Prosedur
akuntansi yang konvesional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli
yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Oleh
karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena
:
- Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
- Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
- Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
b.
Perbedaan model akuntansi biaya terkini dan konvensional
Secara umum,
akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis
yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui perubahan tingkat harga umum atau perubahan tingkat
suku. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli sebagai periode
inflasi, laporan keuangan historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada
periode ini umumnya mencetak pendapatan lebih tinggi sedangkan aktiva tetap
dinilai lebih rendah. Sebenarnya, ada beberapa metode akuntansi mengenai
pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai
sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum. Umum tingkat harga penyajian
akuntansi akan memegang komponen laporan keuangan ke dalam dolar pada tingkat
yang sama daya beli, tetapi tidak mengubah prinsip akuntansi yang digunakan
dalam akuntansi berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang
menyangkut relevansi penggunaan tingkat harga akuntan publik masih berlanjut
hingga hari ini. Beberapa argumen yang mendukung atau menolak penerapan
akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian pula,
hasil dua studi mengenai dampak penerapan umum tingkat harga akuntansi terhadap
laporan keuangan akan diperbandingkan untuk melihat apakah penyesuaian
akuntansi yang didasarkan pada tingkat harga umum diperlukan.
c.
Perbedaan akuntansi inflasi di AS, Inggris, dan Brasil
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SFAS) No. 33
Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap yang
bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 miliar, untuk
selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya
historis dan daya beli konstan biaya kini. Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi
dan bukan menggantikan biaya historis sebagai kerangka dasar untuk leporan
keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang
telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa (1) pengungkapan ganda yang
diwajibkan oleh FSAB membingungkan, (2) biaya untuk penyusunan pengungkapan
ganda ini terlalu besar, dan (3) pengungkapan daya beli konstan biaya historis
tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini. FASB menerbitkan
panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan
atas harga yang berubah dan menjadi titik awal untuk standar akuntansi inflasi
dimasa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan
informasi berikut untuk 5 tahun terakhir
1.
Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya.
2.
Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya
kini.
3.
Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas
pos-pos moneter bersih.
4.
Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah
yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan akan dapat
dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari persediaan
atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga umum).
5.
Setiap agregat
penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari
proses konsolidasi.
6.
Aktva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini.
7.
Laba per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar
biaya kini.
8.
Dividen per saham biasa.
9.
Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa.
10. Tingkat
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price
Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan.
Inggris
Komite Standar Akuntans Inggris (Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar
Praktik Akuntansi 16 (Statement of
Standard Accounting Practice-SSAP 16) “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa
percobaan 3 tahun pada bulan Maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam
dua hal utama. Pertama, apabila standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan
dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini utnuk pelaporan
eksternal. Kedua, apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba
rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan
neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan. Standar di Inggris
memperbolehkan tiga pilihan pelaporan, yaitu :
1.
Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan
keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
2.
Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan
keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
3.
Menyajkan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya
akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Brazil
Inflasi seringkali merupakan bagian lingkungan usaha
yang diterima di Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman
Brazil di masa lalu dengan hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi
bersifat instruktif. Meskipu tidak lagi diwajibkan, akuntansi inflasi yang
direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan dua kelompok pilihan
pelaporan-Hukum Perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brazil.
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan
hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas
pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah
federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen meliputi
aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta
akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang
terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan,
cadangan evaluasi dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat
penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva
permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang
diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian
koreksi moneter. Komisi Pasal Modal Brasil mewajibkan metode akuntansi yang
lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di depan publik.
Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur ulang seluruh
transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan menggunakan mata uang
fungsionalnya.
d.
Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
terdiri dari paragraf 1-40. Seluruh ayat memiliki kekuatan untuk mengatur yang
sama. Paragraf yang dicetak dalam huruf tebal dan miring untuk mengatur
prinsip-prinsip utama. IAS 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. IAS 25 (revisi 2009):
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan
dasar untuk memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan
yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur yang tidak
material
Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan, termasuk laporan keuangan
konsolidasi masing-masing entitas yang mata uang fungsional adalah mata uang
dari ekonomi yang mengalami hiperinflasi (selanjutnya disebut ekonomi
hiper-inflasi). Hiperinflasi dalam perekonomian, pelaporan
hasil operasi dan posisi keuangan dalam mata uang lokal tanpa penyajian kembali
tidak berguna. Uang kehilangan daya beli sedemikian rupa sehingga rasio jumlah
transaksi dan kejadian lain dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi
yang sama, menjadi menyesatkan.
Pernyataan ini tidak menetapkan pada tingkat tertentu inflasi dianggap
hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan dalam menentukan kapan penyajian kembali
laporan keuangan perlu dilakukan sesuai dengan pernyataan ini. Karakteristik
dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa negara
tersebut mengalami hiperinflasi, antara lain:
1. Penduduk lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter
atau dalam mata uang asing relatif stabil. Jumlah mata uang lokal dilaksanakan
segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli
2.
Penduduk mempertimbangkan jumlah moneter bukan
dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing relatif stabil. Harga
mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing
3.
Harga yang berlaku
dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor
yang diduga hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika jangka waktu
pinjaman pendek
4.
Suku bunga, upah dan
harga dikaitkan dengan indeks harga
5. Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
Semua entitas yang
menyusun laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama
didorong untuk menerapkan pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun,
pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan setiap entitas sejak awal
periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara
yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan.
Karakteristik dari
lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa negara tersebut
mengalami hiperinflasi antara lain: populasi lebih memilih untuk menyimpan
kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing relatif
stabil. Jumlah mata uang lokal dilaksanakan segera diinvestasikan untuk
mempertahankan daya beli masyarakat yang mempertimbangkan jumlah moneter bukan
dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing relatif stabil. Harga
mungkin pada kutipan yang tepat dalam mata uang asing, harga yang berlaku dalam
penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor yang
diduga hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika jangka waktu
pinjaman pendek, suku bunga, upah dan harga terkait dengan indeks harga, dan
tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
Semua entitas yang
menyusun laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama
didorong untuk menerapkan pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun,
pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan setiap entitas sejak awal
periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara
yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun laporan
keuangan.
e. Definisi penurunan ganda (double dip)
Telah ada banyak spekulasi tentang resesi double-dip mempengaruhi ekonomi
AS. Dalam strategi yang ekonom senior Lord Abbett dan pasar berkontribusi tamu
berikut, Milton Ezrati menawarkan tujuh alasan mengapa skenario tidak mungkin. Tampaknya hari ini bahwa separuh berita utama di media keuangan takut
resesi double-dip, seperti melakukan setengah dari percakapan di Wall Street.
Tentunya ada risiko, setidaknya dalam kesulitan keuangan Eropa. Tapi tetap, ada
alasan untuk mempertanyakan kekhawatiran yang meluas seperti sejarah, setelah
semua hanya menawarkan pengalaman sejati double-dip, dan pertumbuhan kesalahan
kebijakan.
Pada saat dia menyatakan kembali perkiraan luar ngeri untuk memperhitungkan
inflasi luar negeri, hati-hati harus dijaga untuk mencegah fenomena
"double-dip". Masalah ini muncul dari fakta bahwa dampak inflasi
lokal langsung pada kurs yang digunakan dalam proses penerjemahan. Meskipun
para ekonom umumnya menganggap hubungan terbalik antara tingkat inflasi
internal negara dengan nilai eksternal mata uangnya, bukti menunjukkan bahwa
hubungan seperti itu jarang, setidaknya dalam jangka pendek. Oleh karena besarnya
penyesuaian dilakukan untuk menghilangkan fenomena penghitungan ganda akan
bervariasi tergantung pada tingkat korelasi negatif antara perbedaan tingkat
inflasi.
Saat ini lebih rekening asing untuk inflasi di negara-negara asing, kita
harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut jatuh ganda. Masalah ini
muncul karena efek langsung pada tingkat inflasi lokal yang digunakan dalam
penerjemahan. Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok
penjualan atau dimaksudkan untuk mengurangi beban penyusutan jumlah penghasilan
"seperti yang dilaporkan" untuk menghindari penilaian lebih lanjut
dari laba bersih. Namun, karena pengaruh hubungan terbalik antara inflasi lokal
dan nilai mata uang, perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan dari
urutan, yang umumnya disebabkan oleh inflasi, menyebabkan beberapa efek inflasi
terhadap hasil operasi perusahaan "seperti yang dilaporkan". Untuk
menghindari pengaruh dari proses penyesuaian inflasi dua kali, penyesuaian
inflasi harus memperhitungkan kerugian translasi yang telah tercermin dalam
hasil "seperti yang dilaporkan" dari perusahaan.
Referensi :
http://aniesrusyantini.blogspot.com/2012/04/bab-5-pelaporan-dan-pengungkapan.html
http://andamifardela.wordpress.com/2011/05/11/translasi-mata-uang-asing/
http://andamifardela.wordpress.com/2011/05/11/translasi-mata-uang-asing/
Terimakasih materi akuntansinya
BalasHapusjangan lupa berkunjung balik ke blog saya ya di
http://ikubarunovryan.blogspot.com/2013/01/laporan-keuangan-dalam-akuntansi.html
mari kita bertukar ilmu
mohon kritik dan sarannya ya :D