Enron Corporation adalah sebuah
perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron
mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan
terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan
kertas, dan komunikasi. Enron mengaku penghasilannya
pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Fortune menamakan Enron "Perusahaan
Amerika yang Paling Inovatif" selama enam tahun berturut-turut. Enron menjadi
sorotan masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi
keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis,
terlembaga, dan direncanakan secara kreatif.
Operasinya di Eropa melaporkan kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua
hari kemudian, pada 2 Desember 2001, dunia ekonomi dikejutkan
dengan berita yang berasal dari kota minyak Houston di Texas, Amerika. Enron,
perusahaan ketujuh terbesar di Amerika, perusahaan energy perdagangan terbesar
di dunia menyatakan dirinya bangkrut. Saat itu, kasus itu merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS
dan menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka
Lebih mengejutkan
lagi, kebangkrutan ini bukan disebabkan oleh ekonomi dunia yang sedang
melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka. Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih
dan menutup-tutupi utang mereka. Auditor independen, Andersen (yang dahulu
dikenal sebagai Arthur Andersen), dituding ikut
berperan dalam "menyusun" pembukuan kreatif Enron. Lebih buruk lagi,
kantor hukum yang menjadi penasihat Enron, Vinson & Eikins, juga
dituduh ikut ambil bagian dalam korupsi skala dunia ini dengan membantu membuka
partnership-partnership kontroversial yang dianggap sebagai biang keladi
dari kehancuran Enron.
Lebih jauh lagi, Enron bahkan
memindahkan utang-utang sebesar 690 juta dolar AS yang ditimbulkan induk
perusahaan ke partnership-partnership tersebut. Akibatnya, laporan keuangan
dari induk perusahaan terlihat sangat atraktif, menyebabkan harga saham Enron
melonjak menjadi 90 dolar AS pada bulan Februari 2001. Perhitungan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron
telah melebih-lebihkan laba mereka sebanyak 650 juta dolar AS. Bulan September 2001, pemerintah AS mulai mencium
adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron. Satu bulan
kemudian, Enron mengumumkan kerugian sebesar 600 juta dolar AS dan nilai asset
Enron menyusut 1,2 triliun dolar AS.
Pada laporan keuangan yang sama diakui,
bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih
mereka. Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai anjlok dan saat
Enron mengumumkan bahwa perusahaan harus gulung tikar, 2 Desember 2001, harga
saham Enron hanya 26 sen.
Korban pertama
dari kehancuran Enron adalah ribuan pegawainya. Mereka tidak hanya kehilangan
pekerjaan, tetapi juga tabungan pensiunan mereka. Dalam hukum perpajakan Amerika,
setiap pekerja bisa menabung sebanyak-bayaknya 12,000 dolar AS setahun dan tidak akan dikenai pajak. Baru ketika pekerja
menginjak usia 60, ia berhak mengambil dana tersebut dan membayar pajak seperti
layaknya penghasilan biasa.
Yang menyedihkan adalah kenyataan saham
Enron bernilai 80 dolar AS per lembar pada bulan
Februari 2001 tetapi berharga hanya 26 sen per lembarnya saat perusahaan itu mengumumkan
kepailitan Enron. Berarti, tabungan dari para pegawai yang bekerja keras selama hidupnya bernilai kosong sekarang ini. Yang
lebih menyakitkan, para eksekutif Enron yang menerima saham Enron
sebagai bagian dari paket kompensasi mereka, dapat dengan leluasa menjual saham tersebut ketika saham itu berharga 80
dolar AS selembarnya, membuat mereka
menjadi para milarder. Perbedaan
penjualan saham ini disebabkan oleh peraturan perusahaan dan hukum perpajakan
di Amerika. Para pekerja dipaksa
untuk menahan saham-saham tersebut walaupun harganya sudah jatuh, sedangkan
para eksekutif berhak menjual saham tersebut kapan pun.
Kesalahan Enron
bukanlah terbatas pada penyelewengan pembukuannya. Suka atau tidak, perusahaan sebesar Enron tidak akan jatuh apabila
keadaan sekelilingnya berlaku wajar dalam norma-norma etika dan
hukum. Enron tidak akan berani mendirikan kongsi dagang-kongsi dagang yang
sangat kompleks apabila hukum sekuritas Amerika (Security Law) tidak membiarkan
pembukuan terpisah antara induk perusahaan dan kongsi dagang tersebut. Kalaupun itu terjadi, kongsi dagang
tidak akan bisa bertahan lama bila auditor luar Andersen bekerja
sesuai dengan peraturan etika yang diterapkan oleh badan tertinggi ikatan
akuntan publik (American Institute of Certified Public Accountants). Keberanian
akuntan-akuntan Andersen untuk "meridhoi" sistem pembukuan terpisah
dari Enron tidak berarti banyak
bila Congress menyetujui pemisahan divisi "akunting/auditing" dan "konsultasi" yang diterapkan oleh Lima
Besar.
Proposal pemisahan
ini sudah diajukan oleh bekas ketua komisi sekuritas dan perdagangan Amerika
(Securities and Exchange Commission) Arthur Levitt pada tahun
1999. Proposal itu ditolak mentah-mentah
oleh anggota Congress yang menerima bantuan finansial selama kampanye mereka dari Wall Street dan Lima Besar.
Bantuan finansialitu ternyata (sayangnya!) masih dalam limit yang legal.
Dengan demikian, Congress bisa bekerja lebih adil bila ada peraturan lebih
ketat dalam penerimaan bantuan kampanye dari perusahaan dan industri. Hal
ini juga berlaku untuk Gedung Putih. Walaupun sampai saatini belum ada bukti keterlibatan Gedung Putih
dengan kehancuran Enron, jumlah uang kontribusi yang sangat besar dari
Enron untuk sebuah partai atau seorang calon politikus, cukup menarik kecurigaan dari publik. Enron adalah contoh dari bisnis
yang dibangun berdasarkan ilusi (House of cards). Hampir seluruhnya
terbuat dari kebohongan satu ditutupi
dengan kebohongan yang lain. Sayangnya, banyak pihak yang rela ikut berpartisipasi dalam drama besar ini karena mereka
tahu bila kebohongan itu sudahterlalu besar dan melibatkan hampir setiap
orang, maka tidak ada pihak lain yang terlihat"tidak berdusta.
Dengan singkat,
kisah Enron bisa diartikan sebagai perkawinan antara ketamakan dari eksekutif
perusahaan dan kehausan kekuasaan dari para politikus. Satu hal yang harus disadari
oleh setiap orang di seluruh dunia ialah kebijakan untuk mengambil makna dari fiasko besar ini. Walaupun skandal Enron menyeret
hampir seluruh jajaran institusi terkemuka Amerika, kita tetap harus memiliki
keyakinan (faith) bahwa masih lebih banyak
orang Amerika dan instituti-institusinya yang berpijak pada hukum dan norma yang
ada.
Menurut pendapat saya,
pada kasus Enron ini ada banyak sekali pihak yang bersalah. Namun, kesalahan
terbesarnya yaitu pada perusahaan Enron tersebut. Perusahaan ini telah
melanggar etika bisnis dan telah melakukan korupsi dan kebohongan
besar-besaran. Selain itu, Auditor
independen, Andersen juga melakukan kesalahan yang fatal. Karena selain
membohongi publik dengan laporan-laporannya yang fiktif, auditor ini juga telah
melanggar etika profesinya.Kasus ini seharusnya dapat menjadi pembelajaran bagi
perusahaan-perusahaan lainnya, betapa pentingnya kejujuran dan pengaplikasian
aetika bisnis dan etika profesi karena selain dapat merugikan perusahaannya
sendiri juga dapat merugikan orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar